Jurnalistik.co.id, Pohuwato – Kasmat Toliango, pemuda yang tergabung dalam Organisasi Tunas Muda Hulondalo, melontarkan kritik tajam terhadap pernyataan Ketua DPRD Pohuwato, Benny Nento. Kasmat menilai pernyataan tersebut mengandung kekeliruan logika dan tidak sejalan dengan tanggung jawab sebagai pejabat publik.
“Tambang itu industri ekstraktif yang otomatis dapat merusak mata air. Pejabat publik, terutama Ketua DPRD, seharusnya memahami hal ini,” ujar Kasmat pada Rabu (22/1/2025).
Menurut Kasmat, meski pernyataan Benny bertujuan mendorong masyarakat untuk tetap bekerja, hal tersebut tidak pantas, terutama dalam konteks risiko tinggi yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang di musim hujan.
“Ini musim hujan. Aktivitas pertambangan memiliki risiko besar. Sangat keterlaluan jika beliau menyarankan masyarakat untuk menambang dalam situasi seperti ini. Seharusnya, beliau turun menghentikan aktivitas tersebut, bukan mengetuk hati para penambang sambil mengabaikan dampaknya terhadap masyarakat di bawah,” tegasnya.
Kasmat juga mengingatkan peristiwa tambang Suwawa pada tahun 2024 yang menimbulkan kerugian besar. Ia menilai pernyataan Benny dapat dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap aktivitas tambang ilegal, yang menurutnya sangat tidak bertanggung jawab.
“Saya melihat ungkapan itu secara terang-terangan mengajak masyarakat untuk melakukan pelanggaran hukum. Ironisnya, ini diucapkan oleh Ketua DPRD,” kritiknya.
Dilansir dari Media Online, Ketua DPRD Pohuwato, Benny Nento, sebelumnya menyampaikan bahwa menambang diperbolehkan selama tidak merusak sumber mata air. “Kami tidak melarang tambang, tapi tolong perhatikan lingkungan,” ungkap Benny.
Namun, Kasmat menilai pandangan tersebut keliru dan tidak memperhatikan masalah mendasar terkait tambang ilegal, seperti perizinan dan dampak lingkungan yang berkelanjutan.
Kritik ini menyoroti peran pejabat publik dalam menjaga kelestarian lingkungan dan melindungi masyarakat dari risiko aktivitas tambang ilegal. Pernyataan yang tidak bijak dari pejabat publik, terutama di tengah risiko besar musim hujan, berpotensi memicu perdebatan lebih lanjut tentang tata kelola pertambangan di Pohuwato.



















